Gadget  

Selamatkan Bumi dengan Gaya Hidup Berkelanjutan

Selamatkan Bumi dengan Gaya Hidup Berkelanjutan
Selamatkan Bumi dengan Gaya Hidup Berkelanjutan

DEJAVANEWS.COM – Selamatkan bumi dari berbagai kerusakan kini tak boleh hanya menjadi slogan saja. Diperlukan karya-karya nyata langsung dan bisa berdampak untuk mengembalikan bumi yang hijau. Sering sekali kita mendengar tentang usaha pelestarian lingkungan disosialisasikan, namun dibalik semua itu pengerusakan bumi masih terus terjadi.

Kira-kira 700 tahun yang akan datang, kondisi Bumi berubah bak distopia. Gersang dan hanya dipenuhi sampah layaknya tempat pembuangan akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi. Jangankan hewan, tumbuhan saja enggan hidup di atas tanahnya.

Di sisi lain, manusia yang sudah lebih dulu melakukan migrasi massal guna menyelamatkan diri hidup nyaman di pesawat luar angkasa Axiom yang dioperasikan perusahaan Buy N Large (BnL). Nahasnya, kekacauan akibat sampah-sampah konsumerisme manusia di Bumi tadi hanya diberesi oleh satu robot kecil berkarat bernama Wall E.

Kita yang pernah menyaksikan film animasi Wall E bisa jadi tak asing dengan secuil kisah di atas. Saking sarat akan nilai moral, film ini sukses menyabet penghargaan Academy Award for Best Animated Feature Film pada 2009. Wall E sendiri dirilis pada 2008 silam. Kendati demikian, film tersebut tak akan pernah basi.

Pasalnya, kisah yang diangkat masih dan sepertinya akan terus relevan selama Bumi mengalami pergulatan dengan sampah. Ya, kerusakan lingkungan akibat sampah masih jadi isu pelik bagi hampir seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.

Baca Juga  Harga dan Spesifikasi Realme Pad Mini di Indonesia

Keberadaannya pun tak hanya ditemukan di daratan, tapi juga di perairan. Dalam kutipan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan, Indonesia mampu memproduksi 67,8 ton sampah setiap tahun.

Jumlah ini akan terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk. Di antara sampah itu, sampah plastik menjadi masalah mengkhawatirkan. Jika solusi tak kunjung tampak, Menteri LHK Siti Nurbaya memprediksi jumlah sampah plastik di Indonesia akan naik dua kali lipat pada 2050 dan berkontribusi sebesar 35 persen dari total sampah yang ada.

Sebelum itu terjadi, Indonesia sebenarnya sudah menyandang predikat sebagai negara kedua penyumbang sampah plastik terbesar di dunia menurut studi Jambek 2015 yang dimuat pada laman Our World in Data.

Bukan sesuatu yang membanggakan, bukan? Apalagi ditambah dengan prediksi peningkatan jumlah sampah di atas. Meski begitu, bukan berarti tak ada solusi untuk hal tersebut. Pun, tidak ada kata terlambat untuk melakukan kebaikan bagi Bumi, rumah umat manusia. Asal semua pihak berkolaborasi, isu sampah plastik bisa diatasi.

Penerapan gaya hidup berkelanjutan (sustainable lifestyle) menuju bebas sampah (towards zero waste) menjadi salah satu langkah mencegah kerusakan lingkungan akibat sampah plastik yang kian menjadi momok.

Gaya hidup berkelanjutan bebas sampah merupakan upaya konservasi sumber daya yang melibatkan produksi, konsumsi, penggunaan kembali, dan pemulihan produk hingga kemasan. Solusi tersebut dianggap lebih mumpuni dibandingkan membuang sampah ke tempat pembuangan akhir. Gaya hidup bebas sampah ini pun telah banyak diterapkan di berbagai negara maju, khususnya yang mulai peduli soal isu kerusakan lingkungan.

Baca Juga  Pelita Air Buka Lowongan Kerja untuk Posisi Kapten dan Pramugari

Pengaplikasian gaya hidup berkelanjutan bebas sampah tidaklah sulit dalam kehidupan sehari- hari. Masyarakat cukup menjalankan tiga konsep reduce, reuse, and recycle. Misalnya, saat mengelap kotoran. Ketimbang menggunakan tisu sekali buang, ada baiknya memakai kain sehingga tak ada sampah yang dihasilkan.

Sekalipun terpaksa menghasilkan sampah, masyarakat perlu mengklasifikasi menurut jenisnya, yakni organik dan nonorganik. Hal ini bukan saran semata, melainkan sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Dengan begitu, proses pengelolaan sampah lebih mudah dilakukan. Contohnya, sampah organik diolah jadi bahan kompos dan sampah non-organik didaur ulang menjadi barang bernilai ekonomi. Implementasi selanjutnya, yakni bijak saat makan. Makanan tak habis lalu terbuang begitu saja menjadi pemandangan akrab sehari-hari di Indonesia.

The Economist Intelligence Unit 2018 melaporkan, Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia. Kondisi itu tentu tak bisa dianggap sepele. Menurut IPCC 2007, hasil pembusukan kotoran makanan yang kerap bercampur dengan sampah organik lain berisiko 25 kali lebih berbahaya merusak lingkungan dibanding karbon dioksida. Singkatnya, sampah makanan juga dapat memicu efek gas rumah kaca (GRK).

Baca Juga  Ganjar dan Mahfud MD Bakal Hajar Mafia Tanah dan Tuntaskan Reforma Agraria

Selain kedua hal di atas, gaya hidup berkelanjutan bebas sampah juga bisa diterapkan saat membeli sebuah produk. Seperti diketahui, manusia memang tak bisa lepas dari plastik.

Hampir seluruh benda yang digunakan maupun produk makanan yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari bersinggungan dengan benda berbahan polimer tersebut. Memang, beberapa jenis plastik digadang jadi penyebab kerusakan lingkungan karena limbahnya sulit terurai. Namun, perlu diketahui, tak semua jenis bahan polimer berbahaya.

Oleh karena itu kita sebagai bangsa yang baik harus bijak dalam memilah-milih sumber pangan yang memenuhi asupan gizi untuk tubuh, hal tersebut harus diawali dengan menjaga lingkungan sekitar kita terlebih dahulu.

Masyarakat bisa memulai gaya hidup berkelanjutan dengan cermat memilih produk berkemasan ramah lingkungan. Selain itu, dapat pula dengan mengurangi kebiasaan membeli barang berkemasan ganda. Menjaga bumi tetap lestari adalah tugas kita sebagai manusia.

Cintai bumi dengan beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan, seperti mengurangi penggunaan plastik, menghemat listrik, menanam pohon dan mulai gunakan transportasi umum. Langkah tersebut dapat memberikan manfaat, tak hanya bagi masyarakat, tapi juga Bumi.

Yuk.. Mari selamatkan bumi kita.

* Penulis adalah Ahmad Mujahid Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Penulis adalah Ahmad Mujahid Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Ahmad Mujahid

(dejavanews.com)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *