Kolom  

Mengelola Hutan Melalui Perspektif Generasi Milenial

Mengelola Hutan Melalui Perspektif Generasi Milenial
Mengelola Hutan Melalui Perspektif Generasi Milenial

DEJAVANEWS.COM – Mengelola hutan melalui perspektif generasi milenial adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya hutan di tengah produksi hasil hutan seperti kayu tak lagi mendukung.

Milenial terhitung gemar berbagi, peduli dan responsif terhadap masalah sosial. generasi milenial bisa bekerja dengan lebih cepat dan cerdas lantaran didukung oleh keberadaan teknologi.

Perkembangan teknologi juga mendorong milenial memiliki kemampuan multi-tasking. Perilaku ini membuat milenial terbiasa melakukan dua hingga tiga pekerjaan sekaligus.

Generasi milenial yang akan melanjutkan estafet pengelolaaan hutan di Indonesia ternyata memiliki cara pandang dan pilihan-pilihan sikap yang berbeda terhadap hutan.

Ada keperpihakan, ada optimisme, namun ada juga pandangan-pandangan yang terlalu sederhana dan cenderung naif yang dilontarkan oleh kaum milenial terhadap hutan, dunia kehutanan, dan pendidikan kehutanan.

Di dunia kehutanan, era ini diprediksi menghasilkan rimbawan milenial yang akan menjadi aktor pada era kehutanan 4.0.

Baca Juga  Brand Make Up Murah Tapi Kualitasnya Gak Main-Main, Cocok Buat Pemula

Pada era 4.0 ini, sumber daya hutan (SDH) dikemas sebagai ekonomi kreatif yang efisien tanpa birokrasi yang kaku, serta penggunaan peralatan canggih seperti drone, SDH, tata batas kawasan hutan, pengamanan dan sebagainya.

Banyak hal berubah dalam pengelolaan hutan pada kehutanan milenial, yang perlu diantisipasi dengan penyediaan SDM yang cakap dan siap.

Kehutanan dengan segala kerumitan dan tantangannya, akan kita serahkan kepada pemiliknya, yaitu para rimbawan milenial.

Secara positif, generasi sebelumnya berharap mereka adalah generasi drone yang bisa melihat hutan dan kehutanan “dari atas” secara utuh dan menghubungkan keterkaitan fungsi- fungsi secara komprehensif.

Peran generasi milenial dalam melaksanakan pembangunan kehutanan seperti pariwisata berkelanjutan sangat diperlukan.

Mereka berpartisipasi dalam penyadaran masyarakat akan pentingnya ekosistem bagi kehidupan masyarakat dan cagar budaya sebagai warisan leluhur sehingga perlu dilestarikan karena memiliki potensi wisata yang besar untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Baca Juga  Amalan Menyambut Isra Miraj, Bisa Mendatangkan Rejeki hingga Memperpanjang Umur

Generasi milenial diharapkan akan memiliki peran yang besar dalam mempromosikan Wisata Cagar Budaya melalui digital marketing untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat di era industri

4.0. Generasi milenial telah menggunakan salah satu perangkat digital marketing yaitu media sosial untuk promosi, tetapi masih membutuhkan bimbingan dan arahan dalam menggunakan media sosial tersebut dengan tepat untuk menghasilkan konten informasi yang lebih menarik.

Ada tiga langkah yang harus dilakukan untuk membuat hutan lebih milenial yang artinya hutan yang sesuai dengan target pasar yakni milenial. Pertama, pendidikan kehutanan. Gerakan dasar yakni menyadarkan milenial untuk peduli kepada hutan adalah gerakan prioritas yang harus dilakukan.

Oleh karena itu, penting dirancang sebuah Pendidikan kehutanan secara masih, bahkan jika perlu pendidikan tersebut masuk dalam kurikullum pembelajaran. Kedua, kampanye milenial. Pola komunikasi yang menarik tentu menjadi bagian penting untuk menggaet milenial agar terlibat aktif menjaga dan melestarikan hutan.

Baca Juga  Ganjar Pranowo Si Angsa Hitam di Pilpres 2024 yang Mirip Jokowi

Pemerintah, LSM, maupun stakeholder yang berkepentingan terkait hutan, wajib melakukan kampanye yang menarik dan tentunya ala milenial khususnya di media sosial. Ketiga, kolaborasi.

Permasalahan hutan sejatinya bukan hanya urusan pemerintah saja, tapi urusan semua orang yang hidup sampai saat ini. Oleh karena itu, setiap persolan hutan yang terjadi, harus dituntaskan dengan kolaborasi. Pemerintah dapat melakukan tugasnya dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kelestarian hutan.

Sedangkan, private sector harus selalu berpedoman kepada analisis dampak lingkungan (amdal) ketika melakukan ekspansi bisnis yang bersangkut paut dengan hutan dan alam.

Dalam hal ini, tugas milenial adalah berkolaborasi dengan membawa ide-ide kreatif tentang penyelamatan hutan dan alam. Ide-ide segar ala milenial, diharapkan mampu mendobrak bahkan meruntuhkan stigma tentang hutan yang kurang dilirik milenial.

Tiara Aliya Putri
Tiara Aliya Putri

*Penulis adalah Tiara Aliya Putri Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *